Alat Ukur Fisika
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berlandaskan eksperimen, dimana
eksperimen itu sendiri terbagi dalam beberapa tahapan, di antaranya pengamatan,
pengukuran, menganalisis, dan membuat laporan hasil eksperimen. Dalam melakukan
eksperimen diperlukan pengukuran dan alat yang digunakan di dalam pengukuran
yang disebut alat ukur.
Banyak
sekali alat ukur yang sudah diciptakan manusia baik yang tradisional maupun
yang sudah menjadi produk teknologi modern. Salah satu contohnya adalah alat
ukur besaran massa seperti neraca, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan
gelas ukur.
Sebelum
memakai neraca, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur didalam
suatu eksperimen, hal pertama yang harus dipahami dalam suatu praktikum adalah
prinsip kerja serta fungsi dari komponen-komponen yang terdapat pada neraca,
mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur tersebut agar diperoleh data
yang benar. Selain itu, untuk memperoleh data yang benar dan akurat di dalam
suatu eksperimen diperlukan juga pengukuran dan penulisan hasil pengukuran
dalam satuan yang benar serta keselamatan kerja dalam pengukuran menjadi poin
yang patut diperhitungkan sehingga berbagai peristiwa kecelakaan yang terjadi
di dalam melakukan eksperimen tidak perlu terjadi.
Oleh
sebab itu, Pengetahuan alat merupakan salah satu faktor yang penting untuk
mendukung kegiatan praktikum. Praktikan akan terampil dalam praktikum apabila
mereka memiliki keterampilan melakukan pengukuran sesuai prosedur, membaca
hasil ukur, menuliskan hasil pengukuran sesuai aturan yang berlaku, dan dapat
melakukan kalibrasi alat ukur serta yang paling dasar praktikan mempunyai
pengetahuan mengenai alat-alat praktikum yang meliputi nama alat, fungsi alat,
komponen-komponen, dan prinsip kerja.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana
cara dan prinsip kerja neraca?
Apa
itu neraca ohaus, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur?
Apa
fungsi neraca ohaus, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur
dan bagaimana cara menggunakannya?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
Mengetahui
bagian –bagian pada neraca ohaus, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan
gelas ukur.
Mengetahui
fungsi pada neraca ohaus, mikrometer, avometer, jangkasorong, dan gelas ukur.
Mengetahui
bagaimana cara menggunakan neraca ohaus, mikrometer, avometer, jangkasorong,
dan gelas ukur.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Jangka
Sorong
1. Pengertian
Jangka
sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus
milimeter. Terdiri dari dua bagian skala, yaitu skala tetap (tidak dapat
digeser) dan skala nonius (dapat digeser). Pembacaan hasil pengukuran
sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian
keluaran terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog,
umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan
0.01 untuk yang diatas 30cm.
Pada
nonius jangka sorong biasanya didapatkan 49 bagian skala utama, 50 bagian skala
nonius, atau 50 bagian skala nonius 49 mm, sehingga jarak antara 2 skala nonius
terdekat adalah 49/50 mm = 0,98 mm. nst nonius jangka sorong dapat dicari
dengan rumus :
Nst
nonius = selisih jarak antara dua nst skala utama dengan jarak antara dua
skala nonius.
Hasil
pengukuran jangka sorong ( H ) adalah berdasarkan hasil bacaan skala utama +
hasil baca skala nonius dengan patokan angka nol ( 0 ) skala nonius (skala
geser).
2. Bagian-bagian
Jangka Sorong
1).
Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi luar (tebal, lebar atau Ø batang
kayu)
2).
Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, Ø lubang bor, alur
dll)
3).
Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen danbor.
4).
Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.
5).
Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.
6).
Patokan pembacaan skala utama (cm)
7).
Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
8).
Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.
3. Jenis-jenis
Jangka Sorong
1).
Jangka sorong nonius ( Vernier Caliper )
Ada dua jenis utama dari jangka sorong nonius. Jenis pertama hanya digunakan
untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam sedangkan jenis kedua selalu
untuk mengukur dimensi luar dan dimensi dalam, juga dapat digunakan untuk
mengukur ketinggian.
Pada
jenis pertama, untuk pengukuran dimensi dalam maka harga yang dibaca pada skala
linier harus ditambah dengan tebal dari ujumg kedua rahang ukur. Biasanya
rahang ingsut/jangka sorong ini mempunyai kapasitas ukur sampai 150 mm,
sedangkan untuk jenis yang besar dapat sampai 1000mm. kecermatan pembacaac
tergantung dari skala noniusnya dalam hal ini adalah 0,10 ; 0,50 atau 0,2 mm.
2.
Jangka sorong Jam (Dial Caliper)
Mistar
ingsut / jangka sorong jam yang memakai jam ukur sebagai ganti dari skala
nonius. Gerak lurus dari sensor diubah menjadi gerak berputar dari jam penunjuk
dengan perantaraan roda gigi. Pada poros jam ukur dan batang bergigi yang
melekat di tengah-tengah sepanjang batang ukur.
3.
Jangka sorong Ketinggian (Hight Gauge)
Suatu
jenis jangka sorong yang berfungsi sebagai pengukur ketinggian disebut jangka
sorong ketinggian. Alat ukur ini dilengkapi dengan rahang ukur yang bergerak
vertical pada batang berskala yang tegak lurus dengan landasannya. Skala utama
pada batang ukur ada yang dapat diatur ketinggiannya, dengan menggunakan
penyetel yang terletak dipuncaknya. Dengan demikian pembacaan ukuran dapat
diatur mulai dengan bilangan bulat.
Sebelum
melakukan pengukuran, hendaknya terlebih dahulu dilakukan pengecekan kondisi
alat pengukuran, apakah masih layak pakai atau tidak. Sebab pemakaian alat
pengukuran yang sudah terrlalu lama bisa mempengaruhi tingkat ketelitian alat
tersebut terhadap hasill pengukuran. Metode pengujian ini dinamakan dengan
metode kalibrasi. Kesalahan-kesalahan dari alat ukur biasanya terjadi pada
penunjukan skala, penunjukan awal posisi nol pada skala dan sebagainya. Pada
jangka sorong kesalahan yang terjadi biasanya pada saat awal sebelum
pengukuran, yaitu ketika rahang geser dan rahang tetap di tutup rapat. Posisi
angka nol pada skala nonius tidak tetap berada di posisi angka nol pada skala
utama, kadang bisa lebih atau kurang. Kelebihan atau kekurangan penunjukkan
skala tersebut biasa dinamakan dengankesalahan nol (zero error).
Jika
posisi nol pada skala nonius berada di sebelah kanan posisis nol pada skala
utama atau dinamakan juga kesalahan nol positif, maka hal ini berarti bahwa
hasil pengukuran lebih dari nilai sebenarnya, sehingga untuk mendapatkan nilai
yang sebanarnya digunakan formula sebagai berikut :
Nilai sebenarnya = hasil pengukuran – kesalahan nol
Jika
posisi nol pada skala nonius berada di sebelah kiri posisi nol pada skala utama
atau dinamakan juga kesalahan nol negatif, maka hal ini berarti bahwa hasil
pengukuran kurang dari nilai sebenarnya sehingga untuk mendapatkan nilai
sebenarnya sehingga untuk mendapatkan nilai yang sebenarnya digunakan formasi
sebagai berikut:
Nilai
sebenarnya = hasil pengukuran + kesalahan nol
4. Kegunaan
Jangka Sorong
Kegunaan jangka sorong adalah:
1).
untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit
2).
untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang
(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur untuk mengukur
kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara menancapkan / menusukkan
bagian pengukur.
5. Penggunaan
Jangka Sorong
Adapun
penggunaan jangka sorong, adalah sebagai berikut :
1).
Mengukur Diameter Luar Benda
Cara
mengukur diameter, lebar atau ketebalan benda:
Putarlah
pengunci ke kiri, buka rahang, masukkan benda ke rahang bawah jangka sorong,
geser rahang agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
2).
Mengukur Diameter Dalam Benda
Cara
mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung :
Putarlah pengunci ke kiri, masukkan rahang atas ke dalam benda ,
geser
agar rahang tepat pada benda, putar pengunci ke kanan.
3).
Mengukur Kedalaman Benda
Cara
mengukur kedalaman benda :
Putarlah
pengunci ke kiri, buka rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar
tabung, putar pengunci ke kanan.
B. Neraca
O’haus
1. Pengertian
Neraca
Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja
neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan diukur dengan anak
timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri.
Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak
timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati
poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing
posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang.
Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas.
2. Skala
Dalam Neraca Ohaus
Banyaknya
skala dalam neraca bergantung pada neraca lengan yang digunakan. Setiap neraca
mempunyai skala yang berbeda-beda, tergantung dengan lengan yang digunakannya.
Ketelitian
neraca merupakan skala terkecil yang terdapat dalam neraca yang digunakan
disaat pengukuran. Misalnya pada neraca Ohauss dengan tiga lengan dan batas
pengukuran 310 gram mempunyai ketelitian 0,01 gram. Hal ini erat kaitannya
ketika hendak menentukan besarnya ketidakpastian dalam pengukuran.
Berdasarkan
referensi bahwa ketidakpastian adalah ½ dari ketelitian alat. Secara matematis
dapat ditulis:Ketidakpastian = ½ x skala terkecil. Misalnya untuk neraca dengan
tiga lengan dan batas ukur 310 gram mempunyai skala terkecil 0,1 gram, sehingga
diperoleh ketidakpaastian ½ × 0 = 0,05.
3. Jenis
Neraca Ohaus
Neraca
Ohaus terbagi menjadi dua macam, di antaranya:
1).
Neraca Ohaus dua lengan
Nilai
skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di putar.
Gambar (1.10) merupakan neraca Ohaus dua lengan. Neraca ini memiliki dua
lengan. Lengan depan terdapat satu anting logam yang digeser-geser dari 0, 10,
20, …, 100g. Sedangkan lengan belakang lekukan-lekukan mulai dari 0, 100, 200,
…, 500 g. Selain dua lengan, neraca ini memiliki skala utama dan skala nonius.
Skala utama 0 sampai 9 g sedangkan skala nonius 0 sampai 0,9 g.
Neraca
Ohaus dua lengan terdiri dari beberapa komponen, di antaranya:
1.
Lengan depan
2.
Lengan belakang
3.
System magnetic
4.
Penggeser anak timbangan
5.
Venier
6.
Kait
7.
Skala
8.
Lekuk
9.
Wadah
10.
Alas
2).
Neraca Ohaus tiga lengan
Adalah
nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser.
Neraca
ini memiliki tiga lengan, yakni sebagai berikut:
Lengan
depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0, 1, 2, 3, 4,…..,
10gr. Di mana masing-masing terdiri 10 skala tiap skala 1 gr.jadi skala
terkecil 0,1 gram
Lengan
tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100 gr, dengan skala
dari 0,100, 200, ………, 500gr.
Lengan
belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10 gram, dari skala 0,
10, 20, …, 100 gr.
4. Cara
Pengukuran Massa Benda Dengan Neraca Ohaus
Dalam
mengukur massa benda dengan neraca Ohaus dua lengan atau tiga lengan sama. Ada
beberapa langkah di dalam melakukan pengukuran dengan menggunakan neraca ohaus,
antara lain:
Melakukan
kalibrasi terhadap neraca yang akan digunakan untuk menimbang, dengan cara
memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan
posisi dua garis pada neraca sejajar. Meletakkan benda yang akan diukur
massanya Menggeser skalanya dimulai dari yang skala besar baru gunakan skala
yang kecil. Jika panahnya sudah berada di titik setimbang 0 dan Jika dua garis
sejajar sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil pengukurannya.
5. Bagian-bagian
Neraca Ohaus
Tempat
beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
Tombol
kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak
dapat digunakan untuk mengukur. Lengan
neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk neraca
ohauss 4 lengan terdapat empat lengan. Pemberat (anting) yang diletakkan
pada masing-masing lengan yang dapat digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil
pengukuran. Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan
titik kesetimbangan.
3).
Kalibrasi
Kalibrasi
merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukur sesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang
terhubung dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan
tersertifikasi.
Sistem
manajemen kualitas memerlukan sistem pengukuran yang efektif, termasuk di
dalamnya kalibrasi formal, periodik dan terdokumentasi, untuk semua perangkat
pengukuran. ISO 9000 dan ISO 17025 memerlukan sistem kalibrasi yang efektif.
Kalibrasi
diperlukan untuk:
•
Perangkat baru
•
Suatu perangkat setiap waktu tertentu
•
Suatu perangkat setiap waktu penggunaan tertentu (jam operasi)
•
Ketika suatu perangkat mengalami tumbukan atau getaran yang berpotensi mengubah
kalibrasi
•
Ketika hasil observasi dipertanyakan
Kalibrasi,
pada umumnya, merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari
suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang
digunakan dalam akurasi tertentu.
Adapun
teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar tombol
kalibrasi pada ujung neraca ohauss sehingga titik kesetimbangan lengan atau
ujung lengan tepat pada garis kesetimbanagn , namun sebelumnya pastikan semua
anting pemberatnya terletak tepat pada angka nol di masing-masing lengan.
6. Pembacaan
dan penulisan hasil pengukuran dari neraca Ohaus
Untuk
membaca hasil pengukuran menggunakan Neraca dapat dilakukan dengan langkah
sebagai berikut :
-
Bacalah Skala yang ditunjukkan oleh anting (pemberat) pada masing-masing lengan
neraca. Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
-
Hasil Pengukuran (xo) = Penjumlahan dari masing-masing Lengan Misalnya pada
neraca Ohauss III lengan berarti hasilnya= LenganI + Lengan II +Lengan
III. Seperti halnya pada alat ukur panjang, hasil pengukuran menggunakan
neraca dapat anda laporkan sebagai : Massa M = xo ± ketidakpastian
C. Avometer
1. Pengertian
Avometer
berasal dari kata ”AVO” dan ”meter”. ‘A’ artinya ampere, untuk mengukur arus
listrik. ‘V’ artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. ‘O’ artinya
ohm, untuk mengukur ohm atau hambatan. Terakhir, yaitu meter atau satuan dari
ukuran. AVO Meter sering disebut dengan Multimeter atau Multitester. Secara
umum, pengertian dari AVO meter adalah suatu alat untuk mengukur arus,
tegangan, baik tegangan bolak-balik (AC) maupun tegangan searah (DC) dan
hambatan listrik.
AVO
meter sangat penting fungsinya dalam setiap pekerjaan elektronika karena dapat
membantu menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan cepat, Tetapi sebelum
mempergunakannya, para pemakai harus mengenal terlebih dahulu jenis-jenis AVO
meter dan bagaimana cara menggunakannya agar tidak terjadi kesalahan dalam
pemakaiannya dan akan menyebabkan rusaknya AVO meter tersebut.
2. Jenis-jenis
Avometer
Berdasarkan
prinsip kerjanya, ada dua jenis AVO meter, yaitu AVO meter analog (menggunakan
jarum putar / moving coil) dan AVO meter digital (menggunakan display digital).
Kedua jenis ini tentu saja berbeda satu dengan lainnya, tetapi ada beberapa
kesamaan dalam hal operasionalnya. Misal sumber tenaga yang dibutuhkan berupa
baterai DC dan probe / kabel penyidik warna merah dan hitam.
Pada
AVO meter digital, hasil pengukuran dapat terbaca langsung berupa angka-angka
(digit), sedangkan AVO meter analog tampilannya menggunakan pergerakan jarum
untuk menunjukkan skala. Sehingga untuk memperoleh hasil ukur, harus dibaca
berdasarkan range atau divisi. AVO meter analog lebih umum digunakan karena
harganya lebih murah dari pada jenis AVO meter digital.
1).
AVO Meter Analog
AVO
Meter analog menggunakan jarum sebagai penunjuk skala. Untuk memperoleh hasil
pengukuran, maka harus dibaca berdasarkan range atau divisi. Keakuratan hasil
pengukuran dari AVO Meter analog ini dibatasi oleh lebar dari skala pointer,
getaran dari pointer, keakuratan pencetakan gandar, kalibrasi nol, jumlah
rentang skala. Dalam pengukuran menggunakan AVO Meter Analog, kesalahan pengukuran
dapat terjadi akibat kesalahan dalam pengamatan (paralax).
Keterangan
:
1.
Meter Korektor, berguna untuk menyetel jarum AVO meter ke arah nol,
saat
AVO meter akan dipergunakan dengan cara memutar sekrupnya ke
kanan
atau ke kiri dengan menggunakan obeng pipih kecil.
2.
Range Selector Switch adalah saklar yang dapat diputar sesuai dengan
kemampuan
batas ukur yang dipergunakan yang berfungsi untuk memilih posisi pengukuran dan
batas ukurannya. Saklar putar (range selector switch) ini merupakan kunci utama
bila kita menggunakan AVO meter. AVO meter biasanya terdiri dari empat posisi
pengukuran, yaitu :
-
Posisi (Ohm) berarti AVO Meter berfungsi sebagai ohmmeter, yang terdiri
dari
tiga batas ukur : x1; x10; dan K.
-
Posisi ACV (Volt AC) berarti AVO Meter berfungsi sebagai voltmeter AC
yang
terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
-
Posisi DCV (Volt DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai voltmeter DC
yang
terdiri dari lima batas ukur : 10V; 50V; 250V; 500V; dan 1000V.
-
Posisi DC mA (miliampere DC) berarti AVO meter berfungsi sebagai
miliamperemeter DC yang terdiri dari tiga batas ukur, yaitu: 0,25; 25; dan 500.
Tetapi
ke empat batas ukur di atas untuk tipe AVO meter yang satu
dengan
yang lain batas ukurannya belum tentu sama
D. Mikrometer
Skrup
1. Pengertian
Micrometer
sekrup adalah alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur maksimal 25 mm. Untuk
mengukur benda-benda yang berukuran pendek atau kecil seperti kawat, kertas,
alumunium digunakan micrometer sekrup. Mikrometer sekrup mempunyai tingkat
ketelitian yang tinggi yaitu 0,01 mm. Micrometer sekrup mempunyai dua skala,
yaitu skala utama dan skala nonius. Skala nonius ditunjukkan oleh selubung yang
menyerupai mur. Skala pada selubung dibagi menjadi 50 bagian, satu bagian skala
pada selubung mempunyai nilai 1/50 X 0,5 mm = 0,001 mm. skala utama micrometer
terdapat pada batangnya. Satu bagian pada skala utama nilainya 0,1 mm.
Bagian
utama micrometer adalah sebuah poros berulir yang terpasang pada sebuah
silinder pemutar yang disebut bidal (selubung luar). Jika selubung luar diputar
1 kali maka rahang geser dan juga selubung luar maju atau mundur 0,5 mm. Karena
selubung luar memiliki 50 skala, maka 1 skala pada selubung luar sama dengan
jarak maju atau mundur rahang geser sejauh 0,5 mm/50 = 0,01 mm. Mikrometer
memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong.
Ketelitiannya sampai 0,01 mm.
Hasil
pengukuran dengan micrometer sekrup (H) adalah (jumlah skala
utama sampai atas skala nonius x 0,5 mm) +
(jumlah skala nonius sampai garis skala nonius yang segaris dengan garis
horizontal pada skalam tetap x 0,01 mm).
Mikrometer
sekrup memiliki ketidakpastian pengukuran sebesar setengah dari nilai skala
terkecil (skala nonius). Skala terkecil dari micrometer sekrup adalah 0,01 mm.
dengan demikian ketidakpastian micrometer sekrup bisa didapat dengan
menggunakan rumus: ∆X = 1/2 x nst ( nilai skala terkecil)
∆X = 1/2 x 0,01 mm = 0,05 mm.
2. Jenis-jenis
Mikrometer
Mikrometer
memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada aplikasi berikut
1).
Mikrometer Luar
Alat
ukur yang dapat mengukur dimensi luar dengan cara membaca jarak antara dua muka
ukur sejajar yang berhadapan, yaitu sebuah muka ukur tetap yang terpasang pada
satu sisi rangka berbentuk U, dan sebuah muka ukur lainnya yang terletak pada
ujung spindle yang dapat bergerak tegak lurus terhadap muka ukur, dan
dilengkapi dengan sleeve dan thimble yang mempunyai graduasi yang sesuai dengan
pergerakan spindle. Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat,
lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang.
2).
Mikrometer dalam
Alat
ukur yang dapat mengukur dimensi dalam dengan cara membaca jarak antara dua
muka ukur sferis yang saling membelakangi, yaitu sebuah muka ukur tetap yang
terpasang pada batang utama dan sebuah muka ukur lainnya yang terletak pada
ujung spindle yang dapat bergerak searah dengan sumbunya, dan dilengkapi dengan
sleeve dan thimble yang mempunyai graduasi yang sesuai dengan pergerakan
spindle..Mikrometer sekrup dalam digunakan untuk mengukur garis tengah dari
lubang suatu benda.
3).
Mikrometer kedalaman
Mikrometer
kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan
slot-slot.
Skala pada mikrometer sekrup ada dua yaitu ;
1).
Skala Utama (SU), yaitu skala pada pegangan yang diam (tidak berputar) ditunjuk
oleh bagian kiri pegangan putar dari mikrometer sekrup.
2).
Skala Nonius (SN), skala pada pegangan putar yang membentuk garis lurus dengan
garis mendatar skala diam dikalikan 0,01 mm.
3. Cara
Membaca Mikrometer Skrup
Untuk
menggunakan mikrometersekrupcdapat dilakukan dengan langkah berikut :
a).
Putar bidal (pemutar) berlawanan arah dengan arah jarum jam sehingga
ruang
antara kedua rahang cukup untuk ditempati benda yang akan diukur.
b).
Letakkan benda di antara kedua rahang.
c).
Putar bidal (pemutar) searah jam sehingga saat poros hampir menyentuh benda,
pemutaran dilakukan dengan menggunakan roda bergigi agar poros tidak menekan
benda. Dengan memutar roda berigi ini, putaran akan berhenti segera setelah
poros menyentuh benda. Jika sampai menyentuh benda yang diukur, pengukuran
menjadi tidak teliti.
d).
Putar sekrup penggeser hingga terdengar bunyi klik satu kali.
e).
Baca hasil pengukuran pada skala utama dan skala nonius dengan rumus :
H = (skala utama x 0,5 mm) + (skala nonius x 0,01 mm)
Beberapa
hal yang diperlukan sewaktu menggunakan mikrometer sekrup:
1).
Permukaan benda ukur, mulut ukur dari mikrometer sekrup harus dibersihkan
dahulu adanya kotoran, terutama bekas proses pengukuran dapat menyebabkan
kesalahan ukur maupun merusak permukaan mulut ukur.
2).
Sebelum dipakai kedudukan nol mikrometer sekrup harus diperiksa. Kedudukan nol
disetel dengan cara merapatkan mulut ukur dengan ketelitian silindet tetap
diputar dengan memakai kunci penyetel sampai garis referensi dari skala tetap
bertemu dengan garis nol dari skala putar.
3).
Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur. Apabila dimensi
tersebut cukup satu bar maka poros ukur dapat digerakkan dengan cepat dengan
cara menyelindingkan silinder putat pada telapak tangan. Jangan sekali-kali
memutar rangkanya dengan memegang silinder putar seolah-olah memegang mainan
kanak-kanak.
4).
Benda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer sekrup di telapak tangan
kanan, dan ditahan oleh kelingking, jari manis, serta jari tengah. Telunjuk dan
ibu jari dugunakan untuk memutar silinder pusat.
Pada
waktu mengukur, maka penekanan poros ukur benda ukur tidak boleh terlalu keras
sehingga memungkinkan kesalahan ukur karena adanya deformasi (perubahan bentuk)
dari benda ukur maupun alat ukurnya sendiri. Kecermatan pengukuran tergantung
atas penggunaan tekanan pengukuran yang cukup dan selalu tetap. Hal ini dapat
dicapai dengan cara memutar silinder putar melalui gigi gelincir atau tabung
gelincir atau sewaktu poros ukur hampir mencapai permukaan benda ukur.
Hasil
pengukuran pada skala utama dan skala nonius dapat ditentukan dengan rumus :
H = (skala utama x 0,5 mm) + (skala nonius x 0,01 mm)
Misalkan
:
Terdapat
sebuah objek yang diukur, angka pada skala utama menunjukkan 8, sedangkan
sedangkan skala noniusnya berimpit pada angka 30. maka hasil pengukuranya
adalah:
(8
x 0,5 mm) +( 30 x nst (0.01) mm) = 4,30 mm
4. Fungsi
Mikrometer Skrup
Mikrometer
sekrup biasa digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal
kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk
mengukur diameter kawat yang kecil.
Mikrometer
memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong.
Ketelitiannya sampai 0,01 mm.
E. Gelas
Ukur
Gelas
ukur, fungsi dan cara penggunaannya
Fungsi
dan penggunaan dari gelas ukur (gelas kimia) di laboratorium adalah
sebagai alat ukur volume cairan yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi.
Gelas transparan ini tentu tidak asing bagi para siswa sekolah yang telah
melakukan uji laboratorium. Terdapat berbagai ukuran gelas ukur ini, mulai dari
5 mL sampai 2 Liter, bahkan sekarang ada juga yang lebih besar.
Sebuah gelas
ukur,
pengukur silinder atau yang bisa juga disebut silinder pencampur adalah bagian
dari peralatan laboratorium yang digunakan untuk mengukur volume cairan. Gelas
ukur umumnya lebih akurat dan tepat dari termos laboratorium dan gelas. Namun,
mereka kurang akurat dan tepat dari gelas volumetrik, seperti labu ukur
(volumetric flask) atau pipet volumetrik. Untuk alasan ini, gelas ukur tidak
boleh digunakan untuk melakukan analisis volumetrik. Gelas ukur ini
kadang-kadang digunakan secara tidak langsung untuk mengukur volume solid
dengan mengukur perpindahan atau kenaikan cairan.
Umumnya, gelas ukur terbuat
dari polypropylene karena ketahanan kimia yang baik atau polymethylpentene
untuk transparansi, hal itu membuat gelas menjadi lebih ringan namun lebih
rapuh dari kaca. Polypropylene kelas khas komersial mencair lebih dari 160 ° C
(320 ° F), kerusakan pada gelas ukur dapat mempengaruhi akurasi pengukuran.
Sebuah gelas ukur tradisional (A dalam gambar) biasanya sempit
dan tinggi (sehingga dapat meningkatkan akurasi dan presisi pengukuran volume)
dan memiliki dasar plastik atau kaca dan "corot" untuk memudahkan
aliran cairan mengalir dari gelas ukur. Versi tambahan lebar dan rendah.
Jenis
lain dari silinder (B dalam gambar) memiliki sendi kaca tanah bukannya
"corot", sehingga mereka dapat ditutup dengan stopper atau terhubung
langsung dengan unsur-unsur lain dari bermacam-macam, mereka juga dikenal
sebagai silinder pencampuran. Dengan jenis silinder, cairan meteran tidak
dituangkan secara langsung, tetapi sering dihapus menggunakan kanul. Sebuah
gelas ukur dimaksudkan untuk dibaca dengan permukaan cairan di tingkat mata, di
mana pusat meniskus menunjukkan jalur pengukuran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengetahuan akan alat dan bahan praktik IPA dan cara
penggunaannya selain penting bagi peserta didik juga berguna bagi tenaga
pengajar untuk mempermudah melakukan kegiatan belajar mengajar.
B. Kritik
Dan Saran
Pendidikan fisika merupakan satu mata kuliah yang
tergolong rumit, yang pada dasarnya teori-teori yang di pelajari tidak akan
berkembang tanpa adanya praktikum. Dalam ilmu pendidikan teori atau studi
dengan praktek adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, dengan praktek
teori-teori yang dipelajari akan terasa lebih terealisasikan.
Namun yang lebih menunjang untuk melakukan praktek
adalah sarana dan psarana, alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum, semua
hal itu merupakan infrastruktur untuk menuju kesuksesan dalam studi maupun
praktikum mata kuliah fisika.
DAFTAR
PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar