Contoh Sikap Toleransi Nabi Muhammad
Shallallahu’alaihi wasallam
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali
Ketahuilah wahai muslimin, bahwasanya orang yang
hendak memahami makna toleransi sebagaimana mestinya, hendaknyalah dia melihat
sejarah hidup Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam bermasyarakat, maka dia
akan mendapatkan pengertian toleransi yang sesungguhnya.
Sungguh Al-Musthofa Shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah orang yang sangat lemah-lembut. Bila para shahabat Radhiallahu’anhum
membicarakan masalah dunia, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ikut berbicara
bersama mereka, bila mereka berbicara tentang akhirat, beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam juga ikut bercengkrama dengan mereka. Dan bila di dalam
rumahnya, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membantu keluarganya
(istrinya), dan sikap beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini seperti yang
Allah Subhanahu wata’ala firmankan.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ
مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang
rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat
menginginkan (keselamatan dan keimanan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang yang beriman" (At-Taubah: 128)
Dari sini, tidak ada seorangpun yang dapat mencapai
derajat kesempurnaan sikap toleransi selain Rasul Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, lalu para pewarisnya menurut kadar andil mereka dalam mencapai harta
warisan beliau Shallallahu’alaihi wasallam.
1. Toleransi Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Bila Memutuskan
وعن أبي هريرة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رجلاً أتى النبي
صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يتقاضاه فأغلظ له فهم به أصحابه، فقال رَسُول اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: <دعوه فإن لصاحب الحق مقالاً> ثم قال:
<أعطوه سناً مثل سنه> قالوا: يا رَسُول اللَّهِ لا نجد إلا أمثل من سنه. قال:
<أعطوه فإن خيركم أحسنكم قضاءً> مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu’anhu bahwasanya ada
seorang lelaki datang kepada Nabi Shallallahu’alaihi wasallam untuk menagih
hutang, lalu orang itu berkeras bicara pada beliau Shallallahu’alaihi wasallam.
Para sahabat bermaksud hendak membalas kekasaran orang itu, lalu Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "Biarkanlah ia berhak demikian,
sebab seseorang yang mempunyai hak itu berhak pula mengeluarkan
pembicaraan." Selanjutnya beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
"Berikanlah pada orang itu unta yang sebaya dengan unta yang dahulu dipinjam
daripadanya." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kita tidak
mendapatkan melainkan unta yang lebih tua dari unta yang dipinjam dulu."
Beliau Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: "Berikan sajalah itu, sebab
sesungguhnya yang terbaik di antara engkau semua ialah yang terbagus pula
keputusannya," (Muttafaq ‘alaih)
2. Toleransi Beliau Shallallahu’alaihi wasallam
Dalam Jual-Beli
وعن جابر رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن النبي صَلَّى اللَّهُ
عَلَيهِ وَسَلَّم اشترى منه بعيراً [ بِوُقِيَّتَيْنِ ودرهم أو درهمين] فوزن له فأرجح.
مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Dari Jabir bin Abdullah Radliyallahu ‘anhu,
bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah membeli onta dari dirinya,
beliau menimbang untuknya dan diberatkan (dilebihkan). (Hadits Riwayat Bukhari
4/269 dan Muslim 3/1223)
وعن أبي صفوان سويد بن قيس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال: جلبت
أنا ومخرمة العبدي بَزّاً من هجر، فجاءنا النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم فساومنا
بسراويل وعندي وزان يزن بالأجر، فقال النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم للوزان:
<زن وأرجِج> رَوَاهُ أبُو دَاوُدَ وَالتِّرمِذِيُّ وَقَالَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صحيح.
Dari Abu Sofwan Suwaid bin Qais Radliyallahu ‘anhu
dia berkata : "Saya dan Makhramah Al-Abdi memasok (mendatangkan)
pakaian/makanan dari Hajar, lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi
kami dan belaiu membeli sirwal (celana), sedang aku memiliki tukang timbang
yang digaji, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan tukang
timbang tadi,"Timbanglah dan lebihkan !" (Hadits Riwayat Abu Dawud
3336, At-Timidzi 1305, Ibnu Majjah 2200 dan lainnya, dishahihkan oleh Syaikh
kami (Al-Albani) dalam Shahih Al-Jami 3568) Sejarawan Muslim Ibnu
Ishak pernah ber kisah, syahdan, suatu hari Rasulullah SAW dikunjungi rombongan
60 orang yang beragama Nasrani Najran. Mereka dipimpin pendeta bernama Abu
Al-Harisah Bin Al-Qomah.
Pada saat rombongan datang ke masjid, kebetulan
Rasulullah SAW selesai shalat Ashar bersama para sahabatnya. Tiba-tiba,
rombongan Nasrani itu bermaksud melaksanakan kebaktian. Para sahabat kaget,
kemudian para sahabat bermaksud melarang mereka melaksanakan kebaktian di
masjid.
Meski begitu, Rasulullah menyuruh para sahabatnya
membiarkan mereka melaksanakan kebaktian sesuai dengan keyakinan agamanya,
yaitu agama Nasrani. Mereka pun menghadap ke arah timur dan melaksanakan
kebaktian di dalam masjid dan disaksikan Rasulullah SAW dan para sahabatnya.
Dalam kisah itu, diceritakan pula bahwa pendeta Abu
Al-Harisah telah mengetahui risalah ke nabian Muhammad SAW, tapi tak satu pun
dari mereka yang berikrar masuk Islam. Hal tersebut tak membuat Rasulullah SAW
memaksa mereka me meluk Islam.
Sungguh mengagumkan sikap toleransi yang dicontohkan
Rasulullah SAW dan para sahabat nya. Sikap ini mencerminkan hakikat ajaran
Islam itu menjunjung tinggi perbedaan keyakinan se seorang dan tidak pernah
memaksakan untuk me meluk agama Islam, tetapi Rasulullah mem biarkan sesuai
dengan kesadaran orang tersebut, mau masuk Islam silakan atau tidak juga tidak
apa-apa, asal jangan mengganggu.
Allah SWT berfirman, "Dan jikalau Tuhanmu meng
hendaki, tentulah semua beriman, semua yang di muka bumi seluruhnya, maka
apakah kamu hendak memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang
beriman semuanya." (QS Yunus 10:99).
Namun, hal itu tidak dilakukan-Nya karena tujuan
utama Allah SWT menganugerahkan potensi akal kepada manusia adalah agar mereka
menggunakannya untuk berpikir dan merenungi siapakah pencipta alam ini. Dalam
ayat lain, Allah SWT berfirman, "Tidak ada seorang pun akan ber iman
kecuali dengan izin Allah SWT." (QS Yunus 10:100).
Jadi, jika Allah SWT dengan kekuasaaan- Nya, menghendaki
semua manusia di muka bumi ini bisa beriman kepada-Nya, sebenarnya sangat mudah
bagi-Nya. Ini difirmankan Allah dalam Al quran, "Sekiranya Allah SWT meng
-hendaki, nis caya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah SWT hendak
menguji kamu terhadap pem be rian-Nya kepada kamu, maka berlomba-lom balah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah SWT lah kembali kamu semuanya. Lalu,
diberitahu kan nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu." (QS
al-Maidah 5:48). Wallahualam.
0 komentar:
Posting Komentar